Category Archives: Blog

Peserta kegiatan workshop Menulis di Media Massa berasal dari lintas fakultas. Secara jabatan fungsional, peserta juga bervariasi hingga ke jabatan Guru Besar

Personal Branding Series #1: Pentingnya Menulis di Media Massa

Kegiatan workshop dan pelatihan dalam kemasan Personal Branding berhasil dilaksanakan oleh Perpustakaan Universitas Andalas pada 20 Mei 2024. Untuk seri yang pertama, topik yang diangkat adalah tentang pentingnya menulis di media massa bagi dosen dan akademisi.

Managing Director Republika Bpk. Subroto merupakan narasumber untuk kegiatan ini. Tokoh kelahiran Sawahlunto ini merupakan sosok yang sudah bergelut dengan dunia jurnalisme dan tulis-menulis selama puluhan tahun

Kenapa Personal Branding?

Dalam pengamatan saya, personal branding merupakan konsep yang tidak begitu populer di kalangan akademisi. Tidak hanya secara konsep, praktek branding bagi dosen juga tidak terlihat mendapat tempat. Padahal, aspek ini merupakan tanggung jawab pribadi seorang profesional, termasuk akademisi di perguruan tinggi. Continue reading

Delegasi Indoensia dalam kegiatan UKRI-SEA networking event. Ki-Ka: Nadya (UK Embassy), dr. Priyo Budi Purwono (Unair), Dr. Elsa Herdiana Murhandarwati (UGM), dr. Nur Farhanah,SpPD (Undip), Dr. Inke Nadia Diniyanti Lubis (USU), Dr. Yori Yuliandra (Unand), Prof. M. Faiz Syuaib (Direktur DRTPM), Prof. M. Nasrum Massi (Unhas), Prof. Rizky Abdulah (Unpad), Dr. Betty Suryawati (UNS), Dr. Neng Fisheri Kurniati (ITB), Dr. Masita Mandasari (UI), Rian Afriana (DRTPM). Foto: Yori Yuliandra

Networking Event para Pakar Penyakit Infeksi se-Asia Tenggara

Pada pertengahan Februari 2024, saya berkesempatan menghadiri kegiatan networking event para pakar penyakit infeksi dan resistensi antimikroba di wilayah Asia Tenggara. Kegiatan ini diberi nama UKRI-Southeast Asia Networking Event on Infectious Disease yang digawangi oleh United Kingdom Research & Innovation (UKRI), sebuah lembaga khusus di bawah Department of Science, Innovation, and Technology UK.

Kegiatan dengan durasi 3 hari ini mempertemukan sekitar 100 orang peneliti penyakit infeksi, resistensi antimikroba, dan One Health Policy dari beberapa negara Asia Tenggara dengan para peneliti dari Inggris Raya. Event ini dilaksanakan di Bangkok, Thailand pada tanggal 20-22 Februari 2024.

Penugasan dan Delegasi Indonesia

Awalnya, saya dikabari bahwa LPPM di Universitas Andalas diminta untuk mengutus satu orang peneliti terkait bidang ini, di mana staf yang berminat diharuskan mengisi formulir online untuk menyatakan minat untuk berpartisipasi. Tanpa berpikir panjang, formulir ini saya isi dan pada akhirnya saya dinyatakan terpilih untuk mewakili Universitas Andalas di dalam event ini.  Continue reading

Kuliah tamu polimorfisme obat dan kaitannya dengan efektivitas dan keamanan

Fenomena Polimorfisme pada Obat

Salah satu aspek penting dalam pengembangan obat adalah polimorfisme dalam bahan aktif farmasi (API). Sebagai seseorang yang baru-baru ini memberikan kuliah tamu tentang topik ini, saya dapat membenarkan betapa pentingnya hal ini.

Polimorfisme adalah kemampuan suatu bahan obat untuk berada dalam bentuk kristalin yang berbeda, dan ini sangat penting dalam dunia farmasi. Bentuk-bentuk ini memiliki karakteristik fisika dan kimia yang berbeda, misalnya kelarutan, stabilitas, melting point dan lainnya. Selain itu, faktor seperti suhu dan tekanan dapat menyebabkan polimorfisme

Solid forms of drug (taken from Polymorphism in the Pharmaceutical Industry, by Hilfiker)

Solid forms of drugs (taken from Polymorphism in the Pharmaceutical Industry, by Hilfiker)

Struktur kristal dari bahan aktif farmasi secara langsung dapat memengaruhi ketersediaan hayatinya. Bentuk polimorf yang berbeda dari bahan aktif farmasi dapat menghasilkan kelarutan dan laju disolusi yang bervariasi, yang pada akhirnya memengaruhi efektivitas obat. Dengan kata lain, efektivitas obat dapat berbeda tergantung pada bentuk polimorfnya. Di dalam tahap formulasi suatu obat, kekuatan dosis dan frekuensi penggunaan suatu obat juga ditentukan oleh ketersediaan hayatinya. Selain itu, afinitas suatu molekul obat dengan targetnya juga dapat dipengaruhi oleh polimorfisme

Dalam tahap karakterisasi solid-state bahan aktif farmasi, teknik analisis seperti difraksi sinar-X dan analisis termal sangat penting dalam mengidentifikasi dan mengkarakterisasi bentuk polimorf. Metode-metode ini sangat diperlukan dalam menjamin kualitas dan konsistensi produk farmasi. Suatu polimorf akan memiliki diffraktogram dan hasil analisis termal yang berbeda

Kuliah tamu polimorfisme obat dan kaitannya dengan efektivitas dan keamanan

Kuliah tamu polimorfisme obat dan kaitannya dengan efektivitas dan keamanan. Narasumber: Prof. Ahmad AInurofiq dan Dr. Yori Yuliandra

Pengalaman sebagai Narasumber Kuliah Tamu tentang Polimorfisme

Dalam kuliah tamu baru-baru ini, saya diberi kesempatan untuk berbagi cerita dan pengalaman tentang pentingnya aspek polimorfisme dalam dunia farmasi, khususnya terkait dengan efektivitas obat. Dalam salah satu riset dan publikasi yang kami kerjakan beberapa tahun yang lalu, kami berkolaborasi untuk menguji suatu kokristal obat secara farmakologis dengan menggunakan hewan uji. Berbagi pengetahuan dan kolaborasi adalah kunci untuk kemajuan dalam topik-topik seperti ini.

2023 kuliah tamu polimorfismeKuliah tamu yang dimaksud merupakan even yang diselenggarakan oleh Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA Jakarta. Narasumber lain yang juga diundang adalah Prof. Ahmad Ainurofiq yang merupakan Guru Besar pada bidang Teknologi Farmasi pada Universitas Negeri Sebelas Maret. Beliau juga merupakan salah satu Editorial Board member pada Jurnal Sains Farmasi & Klinis yang kami kelola di Universitas Andalas

 

Visiting Professors dari IIUM Malaysia (Assoc. Prof. Dr. Deny Susanti dan Prof. Muhammad Taher), Ketua Program Study Doktoral Farmasi Fakultas Farmasi UNAND Prof. Dr. Erizal Zaini, dan narasumber untuk penulisan ilmiah dan pemanfaatan generative AI apt. Yori Yuliandra, M.Farm, PhD

Kuliah Tamu Visiting Professor dan Workshop Penulisan Artikel Ilmiah

Fakultas Farmasi menyelenggarakan kegiatan “Kuliah Tamu Profesor Visiting dan Workshop Penulisan Artikel Ilmiah” yang baru-baru ini saya ikuti. Workshop dengan durasi 2 hari ini spesial diselenggarakan untuk mahasiswa pascasarjana Fakultas Farmasi Universitas Andalas pada 2-3 November 2023.

Profesor Muhammad Taher dan Assoc. Prof. Dr. Deny Susanti merupakan 2 orang visiting scientists yang memberikan wawasan tentang riset terkini di bidang farmasi dan tanaman obat. Mereka merupakan dua orang alumni Farmasi Unand yang saat ini berkarir sebagai akademisi di International Islamic University Malaysia (IIUM) dengan portofolio riset yang luar biasa.

Berbicara sebagai narasumber tentang penulisan artikel ilmiah

Dalam kegiatan tersebut, saya berpartisipasi sebagai narasumber dan fasilitator untuk kegiatan workshop penulisan ilmiah. Dalam materi yang saya sampaikan, selain menekankan tentang pentingnya pemanfaatan reference manager di dalam penulisan ilmiah, saya juga memberikan fokus pada topik yang sedang ramai dibicarakan saat ini, yaitu kecerdasan buatan (AI), khususnya Generative AI.

Generative AI merupakan salah satu tool yang dapat dimanfaatkan untuk content writing, termasuk untuk penulisan artikel ilmiah. Namun, penggunaan Generative AI dalam penulisan ilmiah masih memerlukan pengawasan dan validasi yang cermat untuk memastikan keakuratan dan keabsahan informasi yang dihasilkan. Selain itu, aspek integritas akademik juga perlu tetap dijaga dalam penggunaan Generative AI untuk penulisan ilmiah.

Penggunaan Generative AI secara etis dan akademis

Ada nuansa yang menarik di sini – kami membahas cara menggunakan AI secara etis dalam penulisan ilmiah. Dalam dunia di mana konten yang dihasilkan oleh AI semakin populer, kami membahas bagaimana memanfaatkan AI untuk meningkatkan kualitas tulisan tanpa harus melakukan copy-paste secara membabi buta.

Saya menekankan pentingnya menjaga integritas akademik dan mendorong para peserta workshop yang luar biasa untuk memandang AI sebagai alat belajar dan meningkatkan efisiensi penulisan, bukan jalan pintas. Misalnya tentang bagaimana memanfaatkan ChatGPT untuk memperbaiki alur dan kohesi tulisan, mengatasi hambatan dalam penulisan (writers’ block). Saya juga menghimbau kepada peserta workshop untuk mendeklarasikan/menyatakan penggunaan generative AI ketika diminta atau disyaratkan oleh penerbit.

Berfoto bersama dengan Visiting Professors (Prof. Muhammad Taher dan Assoc. Prof. Dr. Deny Susanti) dan Ketua Program Studi Doktoral Farmasi, Prof. Erizal Zaini, Apt

Berfoto bersama dengan Visiting Professors (Prof. Muhammad Taher dan Assoc. Prof. Dr. Deny Susanti) dan Ketua Program Studi Doktoral Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Prof. Dr. Erizal Zaini, Apt

Para peserta sangat antusias menerima konsep penggunaan AI secara etis. Bahkan, kami melakukan simulasi penggunaan ChatGPT untuk melihat bagaimana AI bisa membantu mereka dalam menyelesaikan beberapa persoalan di dalam penulisan ilmiah.

Speaking at Search Strategies and Mendeley Mastery Workshop

Being invited to speak at a workshop is always a precious opportunity. It’s a chance to share knowledge and experiences with fellow academics, something I always look forward to with great enthusiasm. That’s why I was thrilled when the Faculty of Pharmacy invited me to speak at the “Effective Search Strategies and Mastering Mendeley Workshop”, organized on 18 September 2023.

This workshop was attended by a group of postgraduate students (Masters and Docotorate) eager to deepen their understanding of two critical topics: effective search strategies and reference management using Mendeley. Both of these topics are highly relevant in the world of research and academia.

Effective Search Strategies with Google Scholar

In the first session of the workshop, we delved into effective search strategies. Specifically, we explored how to use Google Scholar to find quality literature and how to refine keyword selection. Literature search is a crucial initial step in the research process. With Google Scholar, workshop participants learned how to conduct more precise searches and leverage advanced search features to obtain relevant results. Additionally, we shared tips on selecting the right keywords to achieve more precise search outcomes.

yori yuliandra mendeley mastery workshop

Reference Management with Mendeley

The second session of our workshop shifted the focus to reference management, highlighting the use of Mendeley Reference Manager. Mendeley is an outstanding tool for organizing references, managing literature, and formatting citations in the desired style. We guided participants on how to create and manage their reference collections, insert references into documents, and automatically generate bibliographies in the preferred citation style.

One of the advantages of Mendeley is its ability to neatly store and organize references in one place. This not only saves time but also reduces the risk of errors in citation and bibliography writing.

In this workshop, we didn’t just provide technical guidance on using Mendeley but also demonstrated how this tool can simplify the lives of researchers and postgraduate students in managing their references.

yori yuliandra workshop mendeley and google scholar yori yuliandra speaks at mendeley workshop

I extend my thanks to all workshop participants for their active participation, and may your research and academic work continue to flourish.

 

 

Polemik vaksin: Jangan lagi berpolemik!

“Allah SWT menyuruh kita mengobati penyakit, bukan mencegahnya”.

Itulah salah satu potongan kalimat yang pernah disampaikan kepada saya sebagai alasan diharamkannya (atau supaya lebih halus, tidak dibolehkannya) vaksin. Ya, betul sekali. Vaksin adalah untuk mencegah penyakit, bukan untuk mengobatinya. Bahkan proses pencegahan tersebut justru dengan cara memasukkan “penyakit”‘ itu sendiri. Beberapa alasan lain juga sering kita dengar. Misalnya terkait dengan bukti ilmiah tentang efektivitas vaksin yang minim; atau hasil penelitian vaksin yang dianggap palsu, atau dampak negatif dari vaksin, dan lain sebagainya. Beberapa kekhawatiran yang memicu penolakan vaksin tersebut terjawab dengan baik melalui komik berikut.

Polemik lain: Halal atau haram? 

Salah satu sorotan tajam terhadap vaksin di kalangan umat Islam adalah perihal kehalalannya. Oleh sekelompok orang (sering juga dijadikan senjata oleh kelompok AntiVaks), vaksin adalah haram karena “mengandung unsur babi”. Kalimat “mengandung unsur babi” pada dasarnya adalah tidak tepat, karena vaksin yang digunakan tersebut memang tidak mengandung babi. Kalau alasan ini mau difasilitasi juga, mungkin kalimatnya kita ganti menjadi “bersinggungan dengan unsur babi”. Yepp, betul sekali: di dalam proses pembuatan vaksin terdapat komposisi yang berasal dari babi yang penting dalam proses reaksinya. Meskipun demikian, unsur ini tidak ada lagi pada produk akhir vaksin karena sudah habis selama proses produksi vaksin. Bahkan katanya sekiranya unsur babi tersebut ada pada produk akhir, maka produk vaksin menjadi rusak. In short, tidak ada unsur babi di dalam produk vaksin.

Fatwa MUI: Vaksin Halal!

Urusan halal atau haram tentang apapun di dunia ini harus dikembalikan kepada Al Qur’an dan Hadits. Selanjutnya, keputusannya ada di tangan para ulama. Itu prinsip. Lalu, apa kata ulama tentang vaksin? Di Indonesia, MUI telah mengeluarkan fatwa No. 4 tahun 2016 tentang “Imunisasi”. Kesimpulannya, hmm… agak susah disimpulkan sih. Tapi kalau bahasa fatwa tersebut dianalisis, saya akan bilang insyaallah halal. Wallhua’lam.

Di dalam fatwa ini juga ditulis bahwa imunisasi tersebut bisa jadi hukumnya wajib. Nah lho? Buat yang tertarik membaca lebih lanjut, isi fatwa tersebut secara lengkap dapat dibaca pada lampiran berikut.

 

“Anak saya tidak diimunisasi, tapi tetap sehat aja tuh”

Alhamdulillah kalau begitu… Meskipun buah hati Anda tidak diimunisasi, bukan berarti dia akan otomatis menderita penyakit infeksi yang bisa dicegah oleh vaksin tersebut. Namun satu hal yang perlu diketahui adalah bahwa dia dapat tetap sehat adalah karena teman-temannya dan orang di sekitarnya tidak menderita penyakit tersebut, sehingga tidak menularkannya. Mengapa teman-temannya sehat? Sangat besar peluangnya adalah karena mereka sudah diimunisasi. Dengan kata lain, anak Anda terlindungi karena teman-temannya sudah divaksinasi. Dengan kata lainnya lagi, anak Anda mendapat keuntungan dari imunisasi yang sudah diterima oleh temannya. Terlindunginya anak Anda tersebut dari penyakit yang dimaksud dikenal dengan istilah herd immunity

Herd immunity merupakan situasi dimana sebagian besar masyarakat terlindungi/kebal terhadap penyakit tertentu sehingga menimbulkan dampak tidak langsung (indirect effect) yaitu turut terlindunginya kelompok masyarakat yang bukan merupakan sasaran imunisasi dari penyakit yang bersangkutan.

Dengan demikian, sekiranya Anda masih kekeuh dengan prinsip antivaksin, silakan saja. Namun tidak perlu melakukan kampanye hitam terhadap imunisasi dan mengajak semua orang yang Anda kenal untuk menolak imunisasi sekaligus mengajak mereka untuk aktif mengkampanyekannya. Mengapa? Karena pada akhirnya hal tersebut akan merugikan anak Anda. Cukuplah kiranya Anda berterima kasih kepada para orang tua yang senantiasa melindungi kesehatan anak-anak mereka dengan imunisasi, karena anak Anda juga terlindungi secara tidak langsung oleh mereka.

Masih anti terhadap vaksin? Think again…!

Anyway, kalau dipikir-pikir, kalimat dalih paling atas dari tulisan ini keknya agak absurd juga ya. Kalau bisa dicegah, mengapa harus menunggu untuk diobati? Kenapa harus menunggu menderita dahulu baru dicarikan solusinya? Atau, apakah kita memang dilarang untuk mencegah penyakit? Aduh, semakin absurd kan???

Vaksin ini adalah hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran, lebih spesifiknya di bidang farmasi. Ia adalah produk akhir dari penelitian yang dilakukan oleh para pakar dan memakan waktu puluhan tahun. Ia sudah terbukti efektif dan sudah dipakai di seluruh dunia. Karya besar seperti ini amat disayangkan jika harus kandas akibat kampanye hitam orang-orang yang, kebanyakan, tidak punya pendidikan di bidang kesehatan. Adalah sangat memiriskan ketika masyarakat lebih mempercayai omongan penjual obat herbal atau tukang bekam dibandingkan dengan informasi tenaga kesehatan berpendidikan terkait dengan vaksin dan imunisasi.

Pilihan ada di tangan Anda para orang tua

Terakhir, pilihan untuk memvaksinasi anak Anda atau tidak sama sekali tetap merupakan pilihan Anda. Tapi ingat, konsekuensi tidak memvaksinasi anak Anda tidak hanya akan ditanggung oleh anak Anda atau Anda sekeluarga saja, tapi juga teman bermainnya, temannya di sekolah, temannya di TPA, dan pada akhirnya berdampak kepada siapa saja dan kepada ketahanan suatu bangsa dalam aspek kesehatan. Wallahu a’lam.

 

kipnas-xi-1024x558

Kemandirian bahan baku obat: kapan?

Ketahanan bangsa dalam bidang kesehatan sangat ditopang oleh kemampuannya dalam memproduksi sendiri obat-obatan. Anyway, kita di Indonesia saat ini memiliki sekitar 200 industri farmasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Awalnya saya kira jumlah itu lumayan cukup, atau setidaknya kurang-kurang dikit lah. Namun saya mendadak kaget ketika dikasih tau bahwa India memiliki 100.000 industri farmasi, sedangkah China punya tiga kali lipat: 300.000 industri farmasi. Saatnya bilang wow…

Tahukah anda bahwa 95% dari komponen obat yang diproduksi di Indonesia adalah berasal dari impor?

Setidaknya informasi di atas adalah beberapa hal yang saya peroleh pada sidang hari pertama acara Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional XI yang dilaksanakan oleh LIPI pada 8 Oktober 2015. Pada komisi yang saya ikuti, Komisi Kesehatan dan Obat, topik yang diangkat dalam bidang kesehatan pada kongres 4 tahunan ini adalah kemandirian bahan baku obat. Kita memang sangat jauh dari mandiri karena hampir seratus persen kebutuhan bahan baku obat kita adalah berasal dari impor.

Topik yang diangkat sangat menarik, khususnya bagi saya yang tidak begitu menekuni bidang industri farmasi. Besides, narasumbernya juga para pemangku kepentingan yang tepat. Salah satunya adalah Maura Linda Sitanggang, Ph.D (Dirjen Binfar Alkes Kemenkes RI). Beliau sudah pernah juga kami undang dalam acara Seminar Nasional “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik” tahun 2013 di Universitas Andalas, dan juga dalam acara RAKERNAS IAI di Bukittinggi pada Mei 2015.

Narasumber dalam acara KIPNAS 2015

Narasumber dalam acara KIPNAS 2015

Narasumber lain yang juga turut berpartisipasi adalah Drs. Bahdar J. Hamid, M.Pharm, Apt dari Bidang Pengawasan Produk Terapetik BPOM RI, dan Ir. Muhammad Khayam, MT yang merupakan Direktur Industri Kimia Dasar dari Kementerian Perindustrian. Kalau saya itung-itung, nara sumbernya klop banget lah. Namun akan menjadi super lengkap kalau narasumber lain dari pelaku industri farmasi juga berpartisipasi, ditambah lagi dengan Perguruan Tinggi Farmasi (APTFI). Ternyata benar saja, 2 narasumber tersebut ternyata diundang juga, tapi buat hari ke-2.

Tantangan untuk kemandirian bahan baku obat sangat besar. Utamanya adalah kolaborasi antara stakeholder yang ada, tak tertinggal para peneliti. Industri sendiri juga diharapkan mampu menghidupkan riset. Peranan LIPI sebagai rumahnya para peneliti juga sangat terbuka lebar. Demikian juga dengan perguruan tinggi.

Bagaimanakah roadmap industri farmasi untuk periode 2015-2025? Sanggupkah Indonesia mencapai omset 700 triliun di bidang industri obat-obatan? Apa peran perguruan tinggi menuju kemandirian (bahan baku) obat? Mari kita tunggu… *Atau jadi pelaku? ????